Friday 30 September 2016

Google Tawarkan Video Call via Duo

Video call jadi alat komunikasi baru yang populer, terutama di kalangan anak muda. Berdasarkan survei Google YouGov Juli 2016, 19% dari netizen berusia 18 tahun ke atas di Indonesia melakukan video call lewat ponsel mereka setiap hari.

Google Tawarkan Video Call via Duo

Namun, 81% dari mereka mengatakan kalau koneksi Internet yang tidak stabil kerap membuat frustasi, dan 25% mengaku kalau pengalaman video call masih belum maksimal saat dilakukan dari jenis ponsel yang berbeda. Google pun melihat peluang tersebut dengan menawarkan Google Duo.

"Video call adalah pengalaman berkomunikasi paling mirip dengan bertatap muka, tapi pengalaman ini kadang masih membuat frustasi dan rumit. Dengan Duo, kami harap Anda tak perlu lagi khawatir apakah panggilan Anda akan tersambung, atau apakah kerabat Anda menggunakan jenis perangkat yang sama dengan Anda. Anda bisa selalu berbagi momen penting dengan orang terdekat, di manapun Anda berada," kata Justin Uberti, Principal Software Engineer Google Duo, melalui keterangan, Selasa (16/8/2016).


Aplikasi video call Duo bisa dipakai antar platform, Android maupun iOS, dan saat ini sudah resmi dirilis di Apple App Store maupun Google Play Store. Jika belum bisa mendownloadnya, sabar. Google menjanjikan ketersediaannya secara bertahap.

Pengalaman simpel

Duo diklaim menawarkan pengalaman simpel yang didesain untuk memberikan kemudahan saat digunakan. Hanya dengan nomor telepon, Anda bisa langsung menghubungi orang-orang di daftar kontak. Anda tak perlu lagi membuat akun terpisah, tinggal melakukan sign up dan mulai menelepon.

Cepat dan dapat diandalkan

Duo juga dibuat untuk memberikan pengalaman berkomunikasi yang cepat dan tetap bekerja meski koneksi sedang lambat. Kualitas panggilan akan mengikuti perubahan jaringan, dan saat bandwidth terbatas, Duo akan secara otomatis mengurangi resolusi gambar agar panggilan tetap mulus.

Duo juga bisa secara otomatis beralih dari WiFi ke jaringan ponsel (dan sebaliknya) tanpa memutus panggilan. Jadi saat Anda memulai telepon dari rumah dengan koneksi WiFi, Anda tetap bisa berbicara tanpa putus begitu Anda melangkah keluar dan mulai menggunakan jaringan seluler.

Desain 'ramah'

Duo didesain untuk memberikan perasaan hangat dan familiar, fokus pada Anda dan orang yang Anda hubungi. Agar panggilan telepon terasa lebih seperti undangan dan bukan gangguan, Duo menciptakan fitur Knock Knock.

Fitur ini membolehkan Anda melihat penelepon sebelum Anda menjawab panggilan. Anda pun bisa tahu lebih dulu siapa dan tujuan panggilan yang masuk. Tak lupa, Google membuat Duo dengan penekanan pada privasi dan keamanan, sehingga semua panggilan di aplikasi Duo dienkripsi dari awal hingga akhir (end-to-end encrypted).

Sunday 25 September 2016

Jatuh Saat Latihan, Drone Rp 254 Miliar Jadi Rongsokan

Sebuah drone super canggih jatuh dan mengalami kerusakan parah. Saking parahnya, drone yang harganya diestimasi 15 juta poundsterling atau sekitar Rp 254 miliar itu tidak bisa dipergunakan lagi.

Jatuh Saat Latihan, Drone Rp 254 Miliar Jadi Rongsokan

Drone itu bernama Watchkeeper dan dioperasikan militer Inggris. Saat diterbangkan dalam latihan, software yang mengendalikannya bermasalah. Investigasi Departemen Pertahanan Inggris menyimpulkan software salah mendeteksi kalau drone sudah mendarat, padahal masih berada di udara.

Akibatnya, seperti dikutip detikINET dari Telegraph, Selasa (16/8/2016), drone itu jatuh dengan moncong menghujam landasan, kemudian terseret jauh. Kerusakannya tidak dapat diperbaiki sehingga sang drone diputuskan tidak bisa dipakai lagi.

Meski menimbulkan kerugian besar, kerusakan drone jadi bahan evaluasi agar tak terjadi lagi. "Pembuat drone telah menerima evaluasi dan telah membuat beberapa perubahan untuk memaksimalkan keselamatan drone itu," sebut juru bicara Departemen Pertahanan Inggris.


Militer Inggris memang termasuk getol memakai drone. Sebanyak 54 unit drone Watchkeeper itu telah dipesan dalam proyek senilai 847 juta poundsterling.

Dikembangkan perusahaan bernama Elbit dan Thales UK, Watchkeeper dapat difungsikan di segala cuaca untuk melakukan pengintaian dan menghasilkan gambar definisi tinggi, baik di siang maupun malam hari. Beratnya 450 kilogram dan dapat terbang selama sekitar 17 jam.

Dari stasiun pengendalinya, Watchkeeper bisa tetap terhubung dengan sinyal radio sampai radius 150 kilometer. Militer Inggris diketahui sudah mengoperasikannya di Afghanistan sejak September 2014.

Tuesday 20 September 2016

Wow! Tato Ini Bisa Kontrol Smartphone

Ingat kisah di film Harry Potter ketika Voldemort menggunakan Dark Mark untuk memanggil para pengikutnya? Nah, tak lama lagi kita bisa melakukan hal yang sama.

Wow! Tato Ini Bisa Kontrol Smartphone

Lewat tato kita dimungkinkan untuk mengontrol ponsel dari jarak jauh. Selain itu tato digital tersebut bisa dijadikan touchpad dan dapat pula berbagi data melalui NFC.

Adalah para peneliti di Media Lab Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan peneliti dari Microsoft Research yang menciptakan tato interkatif tersebut. Mereka memberi temuannya itu dengan nama DuoSkin.

Dalam laman resmi Media Lab MIT dijelaskan secara detail mengenai teknologi DuoSkin Disebutkan DuoSkin dibuat dari sirkuit software grafis yang kemudian ditutup dengan lapisan emas.

Lapisan ini diklaim tahan lama dan aman bagi permukaan kulit. Selain itu harganya cukup terjangkau, demikian dilansir dari Techcrunch, Senin (15/8/2016).

Thursday 15 September 2016

Google Segera Matikan Hangout on Air

Hangout on Air tak akan lagi bisa digunakan. Mulai September 2016 layanan yang sempat naik daun ketika digunakan Barack Obama dan Paus Francis itu akan dihentikan Google.

Google Segera Matikan Hangout on Air

Sebagai gantinya, pengguna Hangout on Air diminta untuk beralih menggunakan YouTube Live untuk semua kebutuhan live streaming, mulai 12 September. Ini juga berlaku untuk postingan yang dijadwalkan tayang setelah tanggal tersebut.

Dikutip detikINET dari The Verge, Selasa (16/8/2016), melalui halaman support YouTube, Google menjelaskan bagaimana pengguna memulai, menjadwalkan, dan mengontrol live streaming setelah mereka berpindah dari Hangout on Air.

Hangouts on Air dirilis pada 2012 berbarengan dengan Google menambahkan fitur live streaming dan community ke layanan Hangouts yang sudah ada. Saat itu, layanan live streaming belum mainstream. Untuk mempromosikannya, Google pun mengajak pengguna melakukan tanya jawab dengan Presiden Amerika Serikat Barack Obama.

Sayangnya, popularitas Hangout on Air hanya bertahan sebentar. Setahun kemudian, YouTube Live dirilis dan segera mengalihkan perhatian pengguna. Meski Google menggunakan infrastruktur YouTube untuk mendongkrak Hangouts on Air, YouTube, tetap menjadi pilihan pengguna. YouTube, melalui YouTube Live, dinilai menjadi platform yang lebih pas untuk melakukan live streaming. (rns/ash)

Saturday 10 September 2016

Telkom Pasok CCTV Jaga Anak di Pasar Wonokromo

Pengunjung dan pedagang Pasar Tradisional Wonokromo Surabaya saat ini tak perlu lagi khawatir meninggalkan anaknya saat berjualan atau berbelanja. Kini, di pasar tersebut telah tersedia sebuah ruangan khusus untuk tempat penitipan anak (TPA).

Telkom Pasok CCTV Jaga Anak di Pasar Wonokromo

TPA yang melayani penitipan anak berusia 1-6 tahun tersebut dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Ada mainan, buku bacaan dan media menulis, tempat tidur anak, hingga tempat menyusui.

Tempat penitipan anak Pasar Wonokromo tersebut dibangun atas partisipasi gabungan badan usaha milik negara dalam program BUMN Hadir untuk Negeri. Program tersebut merupakan wujud komitmen Kementerian BUMN dan 118 BUMN untuk terus hadir di tengah masyarakat.

"Di tempat penitipan anak tersebut juga disediakan petugas khusus dan kamera CCTV untuk memantau aktivitas anak-anak," kata Direktur Network dan IT Solution Telkom, Abdus Somad Arief, Selasa (16/8/2016).

Menurut Abdus Somad pembangunan dan renovasi TPA Pasar Tradisional Wonokromo akan tuntas dan dapat digunakan bertepatan dengan peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 2016. TPA di pasar yang memiliki 2.345 pedagang tersebut akan buka tiap hari dari Senin sampai Sabtu.

"Pembangunan TPA tersebut sebagai upaya BUMN untuk memberikan sarana dan fasilitas yang mendukung tumbuh kembang anak yang lebih baik sekaligus memberikan rasa aman dan nyaman bagi penjual maupun pengunjung pasar," jelasnya.




Saat menemani Walikota Surabaya Tri Rismaharini dalam peresemiannya, Telkom bersama lima BUMN di Jawa Timur yang menggagas TPA tersebut juga akan melengkapi tambahan fasilitas pengadaan makanan yang sehat untuk anak.

BUMN yang terlibat pembangunan TPA tersebut adalah PT Boma Bisma Indra, PT Garam, PT Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER) dan Perum Jasa Tirta 1. Program pembangunan TPA di Pasar Tradisional ini merupakan satu dari 14 Program BUMN untuk Negeri di wilayah Jawa Timur.

Selain membangun TPA, program BUMN untuk Negeri juga menyelenggarakan pembinaan mantan atlet, pembangunan sanitasi air bersih, elektrifikasi rumah yang belum teraliri listrik, bedah rumah veteran, siswa mengenal Nusantara, Jalan Sehat 5 Km Go Clean dan upacara peringatan HUT ke-71 RI.

"Program BUMN Hadir untuk Negeri ini merupakan kegiatan sinergi dari seluruh BUMN dibawah koordinasi Kementerian BUMN dengan tujuan agar keberadaan BUMN benar-benar dapat dirasakan manfaatnya bagi seluruh masyarakat Indonesia," pungkas Abdus Somad. (rou/rou)

Monday 5 September 2016

Interkoneksi Ideal: Operator Untung, Konsumen Untung

 Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menegaskan revisi biaya interkoneksi yang dilakukan setiap dua tahun sekali itu akan menguntungkan operator di masa depan. Imbasnya, tarif retail ke pelanggan pun harus ikut turun.

Interkoneksi Ideal: Operator Untung, Konsumen Untung

"Revisi biaya interkoneksi memang sering menimbulkan reaksi, akan tetapi perubahan harus terjadi," kata Plt Kepala Biro Humas Kementerian Kominfo Noor Iza saat berbincang dengan detikINET di Jakarta, Selasa (16/8/2016).

Dalam bisnis layanan telekomunikasi itu, menurutnya, selalu terjadi yang namanya keseimbangan konsumsi atau ceteris paribus. Dan pada akhirnya, kata Noor Iza, operator tetap dapat keuntungan yang tidak menurun.

"Bahkan akan jauh lebih besar dimana komsumsi masyarakat terhadap layanan telekomunikasi akan meningkat," tegasnya.
Noor Iza saat memberi pemaparan (foto: Achmad Rouzni Noor II/detikINET)

Dalam analisa yang sempat dipaparkan oleh Ibrahim Kholilul Rohman, doktor ICT asal Indonesia jebolan Swedia, setiap penurunan 1% tarif akan berdampak kenaikan trafik 40%.

Hal itu turut diamini Noor Iza. Menurutnya, di negara-negara lain pada awalnya perubahan biaya interkoneksi menimbulkan reaksi, terutama dari pemain incumbent atau operator dominan.

"Tetapi reaksi perlawanan ini tidak terus-terusan terjadi. Karena nanti yang merasakan manfaatnya operator sendiri," katanya lebih lanjut.

Biaya interkoneksi sendiri mulai diinisiasi oleh para penyelenggara telekomunikasi yang saling berinterkoneksi pada tahun 2005 dengan maksud bersama-sama melakukan perubahan dari skema revenue sharing ke pola berbasis biaya.

Kemudian tahun 2006 dibuat kajian bersama dan membuat model perhitungannya. Model perhitungan ini yang disepakati bersama dan kemudian biaya interkoneksi dilakukan perhitungan kembali secara periodik.

Menurut Noor Iza, besaran biaya interkoneksi yang sekarang (2016) berlaku sebelum usulan baru adalah relatif sama dengan besaran biaya interkoneksi saat pertama kali dilakukan perhitungan di tahun 2006.

"Kalau ada yang bilang besaran biaya interkoneksi di Indonesia sudah relatif rendah itu iya dan itu sudah disepakati di tahun 2006. Tetapi mengapa dari tahun 2006 sampai dengan sekarang ini sebelum usulan baru besaran biaya interkoneksinya sangat tidak berubah. Itu yang perlu diteliti," tegasnya.

Menurutnya, jika dilihat hingga sekarang jaringan telekomunikasi semakin teroptimalisasi penggunaannya dan bahkan semakin meningkat kapasitasnya.

"Multiple optimasi jaringan telekomunikasi ini berarti terjadi efisiensi yang besar dalam kurun 10 tahun terakhir," lanjut Noor Iza.

Efisiensi ini harus memiliki dampak kepada masyarakat selaku pengguna layanan telekomunikasi dan juga berdampak kepada industri telekomunikasi itu sendiri.

"Industri telekomunikasi harus terbuka dalam melakukan perubahan-perubahan skema yang memang baik dan menguntungkan buat masyarakat dan industri telekomunikasi itu sendiri. Jangan alergi dengan perubahan," tegasnya.

Seperti diketahui, Kominfo sendiri telah menyelesaikan perhitungan biaya interkoneksi tahun 2016 dimana menghasilkan penurunan secara rata-rata untuk 18 skenario panggilan dari layanan seluler dan telepon tetap itu sekitar 26%.

Sebelumnya, tarif interkoneksi untuk panggilan lokal seluler sekitar Rp 250. Adanya perhitungan baru maka per 1 September 2016 menjadi Rp 204 per menit.


Sebagian kalangan menuding perhitungan biaya interkoneksi tak transparan dan adil karena tak sesuai dengan kesepakatan awal dimana regulator dianggap tak sejalan dengan dokumen konsultasi publik untuk biaya interkoneksi pada 2015 yang ingin adanya regionalisasi tarif interkoneksi.

Perhitungan tarif interkoneksi baru memilih penerapan perhitungan pola simetris atau tidak berbasis biaya penggelaran jaringan yang telah diinvestasikan oleh masing-masing operator. Alhasil, kondisi ini menjadikan operator dominan dianggap menjual di bawah biaya jaringan.

Imbas ke Tarif Retail

Polemik tentang biaya interkoneksi sendiri bisa membuat masyarakat awam mengira, dengan adanya penurunan rata-rata 26% ini, nantinya tarif telepon lintas operator secara retail akan lebih murah.

Namun sayangnya, Noor Iza belum bisa memastikan kapan operator akan menurunkan tarif retailnya agar konsumen bisa lebih menikmati biaya telekomunikasi yang lebih murah lagi.

Alhasil, banyak yang mengira, turunnya biaya interkoneksi semata-semata hanya menguntungkan dari segi operator saja, bukannya konsumen.

Ibrahim Kholilul Rohman (foto:Achmad Rouzni Noor II/detikINET)


Sementara Ibrahim, yang sehari-harinya berurusan dengan regulasi telekomunikasi di Eropa dalam beberapa tahun terakhir ini, ikut berkomentar terkait kontroversi penurunan tarif interkoneksi ini.

Menurutnya, operator yang kecipratan keuntungan dari terpangkasnya biaya interkoneksi, seharusnya juga berlaku adil kepada konsumen. "Mereka sebaiknya harus segera melakukan penurunan tarif retail."

"Yang pasti jika mau adil, konsumen harus bisa menikmati hasil dari terpangkasnya biaya interkoneksi, yakni bisa menikmati biaya komunikasi yang lebih murah. Untuk besaran penurun taruf retailnya berapa, itu tentu tergantung dari hitung-hitungan operator," imbuhnya.

Lebih lanjut, pria berkaca mata ini menerangkan, interkoneksi merupakan persoalan yang memang mau tidak mau harus diatur regulasinya oleh pemerintah.

"Kalaupun nantinya peraturan tersebut menghadirkan kontroversi, hal tersebut harus dicermati secara bijak. Smart solution, pasti menghadirkan dua sisi, yakni positif dan negatif," demikian analisa Ibrahim.

Bisa Batal demi Hukum?

Terlepas dari itu semua, sudut pandang yang berbeda disampaikan oleh Ketua Program Studi Telekomunikasi di Institut Teknologi Bandung, Ian Joeseph Matheus Edward.

Ia berpendapat bahwa kebijakan pemerintah berkaitan dengan tarif interkoneksi harus tetap mengakomodasi stakeholder industri itu, termasuk komitmen investor operator dalam konteks pembangunan jaringan (modern licensing) ketika mengajukan izin investasi.

"Dengan diterbitkannya Surat Edaran No. 1153/M.Kominfo/PI.0204.08/2016, Kominfo telah menabrak prosedur yang ada khususnya dalam PP 52 Tahun 2000 Pasal 23 yang menyatakan bahwa interkoneksi harus berdasarkan perhitungan yang transparan, disepakati bersama dan adil," kata Ian.

Artinya, menurut dia, penetapan biaya interkoneksi harus transparan dan menggunakan perhitungan berbasis biaya (cost base) yang harus disepakati bersama oleh seluruh operator, tanpa terkecuali.

Selain menggunakan metode perhitungan cost base seharusnya dalam penetapan biaya interkoneksi, pemerintah harus memasukkan biaya pembangunan (capital expenditure), unsur risiko, quality of service dan biaya operasional.

"Jadi jika kita mengacu pada PP 52 Tahun 2000 yang mengatakan biaya interkoneksi harus disepakati bersama, semua operator harus setuju. Jika ada salah satu operator yang tidak setuju, maka aturan tersebut harus batal demi hukum," tegasnya.

"Bila semua itu terpenuhi, pemerintah dan masyarakat juga akan menikmati dari kondisi level of playing field yang sama, terpenuhinya pemerataan pembangunan jaringan yang ujungnya juga semua masyarakat menikmati layanan telekomunikasi yang lebih baik," pungkas Ian. (rou/ash)