Wednesday 5 October 2016

Anak Ingusan Pun Bisa Jadi Presiden... Virtual

Jalan panjang nan terjal harus dilalui seseorang untuk menuju kursi presiden. Namun tidak demikian jika targetnya adalah presiden virtual, 'anak ingusan' pun bisa!

Anak Ingusan Pun Bisa Jadi Presiden... Virtual

Jadi presiden bukan sebatas mimpi! Ya, mungkin inilah salah satu latar belakang DewaNations dikembangkan para pembesutnya. DewaNations memang belum setenar Facebook, Twitter ataupun Path. Namun yang pasti, DewaNations merupakan salah satu media sosial bikinan anak bangsa yang cukup menarik perhatian.

Konsep segar memang coba ditawarkan layanan yang dibuat oleh Fairy Suryana, M. Darwiz serta Aby Fajar ini. Disebut sang pendiri, Fairy, DewaNations merupakan media sosial berbasis negara pertama di dunia.

"Sudah saatnya Indonesia memiliki sosial network app yang mendunia, yang digunakan oleh seluruh negara. Saya menawarkan konsep media sosial baru, yang berbeda dan yang belum ada di dunia. Yaitu sebuah konsep social network berbasis negara," ungkap Fairy kepada detikINET.

Layaknya sebuah negara virtual, DewaNations memilah member atau citizen sesuai dengan negara mereka berasal. Setiap negara dipimpin oleh seorang presiden virtual yang dipilih oleh rakyatnya melalui pemilu serentak di seluruh negara di DewaNations pada tanggal 16 juni setiap 2 tahunnya.


Begitu juga gubernur yang dipilih melalui pilkada serentak. Namun untuk menjadi walikota, member cukup membuat sebuah kota (layaknya membuat sebuah grup di Facebook), dan member tersebut otomatis menjadi seorang walikota.

Kenapa mau menjadi walikota? Pertama member akan lebih menonjol dibanding warga biasa karena dikenal sebagai pemimpin sebuah kota. Seorang walikota juga mempunyai kemampuan dan hak untuk mengedit atau menghapus posting warganya yang dianggap tidak pantas. Bahkan seorang walikota dapat memblok akun warga yang dianggap menyalahi ketentuan yang berlaku, dengan mengirim akun itu ke penjara virtual.


Akun warga yang diblok oleh presiden, gubernur, walikota atau pejabat pemerintahan lainnya akan ditandai dengan adanya jeruji besi di foto avatar member. Jadi seakan-akan member tersebut berada di dalam sebuah ruangan penjara.

Seperti layaknya permainan monopoli, member dapat keluar dan bebas segera dari virtual jail dengan membeli 'get out of jail free card' dengan membayar Rp 1.000 atau Rp 5.000 tergantung dari kesalahan yang dilakukan si member itu.

Dan agar penguasa tidak dapat memenjarakan member, seorang member dapat kebal hukum dengan menjadi VIP member atau kewarganegaraan khusus dengan membeli status kewarganegaraan tersebut dengan harga Rp 10.000 per bulan. Namun bukan berarti VIP citizen dapat sewenang-wenang melakukan kesalahan atau pelanggaran berat di kemudian hari.


"Sebetulnya konsep ini sudah ada di otak saya sejak tahun 2003, malah saya sempat membuat beberapa dummynya. Namun baru pada tahun 2013, atau 10 tahun kemudian, saya baru menyempatkan diri untuk mengembangkan ide ini bersama tim developer saya," kata Fairy.

Saat ini DewaNations baru dapat dinikmati oleh pengguna Android. Namun jika user menelisik ke Google Play Store nama yang dipakai aplikasi ini adalah 'Dewa: The New Social Network' yang baru dirilis dalam versi beta sekitar bulan Juni lalu.

"Jadi pengguna masih relatif sedikit yaitu sekitar 850 pengguna, mengingat kami baru akan memasarkan aplikasi kami ini bulan depan (September), yaitu ketika versi web based-nya telah rampung. Dengan versi web, member dapat menggunakan DewaNations di PC atau laptop maupun di browser-browser smartphone. Sedangkan versi iOS nya akan rampung sekitar 5 bulan lagi," Fairy melanjutkan.

Fitur-fitur

DewaNations sebagai aplikasi medsos juga memiliki fitur pada umumnya, seperti pencarian teman, add friend, menulis status, sharing foto, video, berita dan lain-lain. Namun di luar fitur standar tersebut, DewaNations juga memiliki fitur-fitur unik yang diklaim belum ada di platform sosial media lainnya di dunia.

Berbeda dengan Facebook dan sosial media lainnya, member atau citizen DewaNations dipilah-pilah sesuai dengan negara mereka berasal. Selain mencari teman lama, teman baru dan kerabat, member juga dapat berkunjung ke seluruh negara di dunia ini dan menikmati indahnya foto-foto tujuan wisata, mengetahui kultur budaya, makanan tradisional, musik lokal hingga teknologi dan inovasi yang berasal dari negara-negara itu.


Dan semua itu dapat dengan mudah di-share (add topic) dan diakses oleh dengan sistem pengkategorian yang mudah ditelusuri oleh pengguna yang terdapat pada 5 sektor (kategori) di DewaNations, yaitu sektor Society, Economy, Knowledge, Attractions dan sektor Politics

Member atau citizen DewaNations dapat menelusuri mulai dari negara, propinsi hingga kota-kota. Informasi mengenai propinsi itu tersaji di State Dashboard seperti lokasi tujuan wisata, kultur budaya hingga makanan tradisional, musik lokal dan data penduduk lokal mengerucut hingga tingkat propinsi yang terdiri dari kota-kota.

Masih ada beberapa fitur yang telah rampung dikembangkan tim DewaNations namun masih menunggu waktu yang tepat untuk diaktifkan. Seperti fitur Local Marketplace, Election Day, Political Party, Times Capsule Project dan lain-lain. Sebab saat ini Fairy dkk masih berkonsentrasi di pengembangan platform dan akan memulai marketing pada bulan September 2016.


Hambatan pastinya ada, khususnya ketika awal sekali aplikasi ini dibangun. Mengingat ini inovasi baru, mereka kesulitan mendapatkan acuan yang dapat mempermudah mengembangkan aplikasi buatannya, baik engine dan UI serta UX-nya.

"Kesulitan kami hadapi ketika harus merealisasilan ide saya yang begitu kompleks menjadi suatu sistem yang mudah dan dapat dijalankan (simplify) merupakan suatu tantangan tersendiri. Agar sedikit mempermudah tim dalam mencerna dan mengerti ide saya, saya mendesain sendiri UI dan UX-nya," pungkas Fairy. (ash/fyk)

No comments:

Post a Comment